Kenapa Harus Ibu Kota Bukan Bapak Kota?

by Redaksi

Kemarin secara resmi rencana pindah ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur sudah diumumkan. Anggaran pindahnya besar hampir 500 trilyun rupiah. Pro dan kontra terjadi, banyak yang pesimis tak sedikit juga yang optimis.

Saya tak ingin mengulas soal rencana pindah ibu kota dengan pendekatan ekonomi, sosial politik atau bahkan pendekatan sejarah. Terlalu ribet ujung ujungnya berdebat dan mengundang kelahi. Apalagi antara cebong dan kampret masih ada yang belum mau bersatu lagi.

Kita bahas pakai pendekatan kata saja. Lebih epistemologis kata orang filsafat. Tapi janji bahasnya jangan rumit rumit ya.

Kenapa disebut Ibu Kota? Kenapa gak disebut dengan Bapak Kota atau Kota Utama, Kota Induk. Kata Ibu tentu menunjuk jenis kelamin perempuan terasa lebih sakral terdengar. Ibu adalah perempuan yang melahirkan seseorang. Semua orang tahu mengandung dan melahirkan itu adalah proses yang mempertaruhkan hidup mati.

Itulah mengapa dalam banyak ajaran agama posisi ibu adalah posisi yang paling harus dihormati oleh setiap manusia. Kata Bang Rhoma, ibu itu adalah keramat di dunia. Jika kau patuh pada rajamu, lebih patuhlah pada ibumu. Begitu sepenggal bait lagu Bang Haji Rhoma pada salah satu lagunya yang berjudul Keramat. Malin Kundang saja dikutuk jadi batu karena durhaka pada ibunya.

Lalu, apakah boleh kita berganti Ibu?. Cari ibu yang lebih muda, menyewa ibu baru?. Ibu tetaplah ibu walau dia tak bertangung jawab sebagai ibu atau malah menelantarkan anaknya. Kita harus menyayangi dan mengabdi penuh sungguh padanya. Tak terganti, kita pun wajib selalu mengirim doa terbaik untuknya saat ibu sudah meninggal dunia. Itu sebagai tanda kita anak yang berbakti. Karena dia sudah bersusah payah melahirkan kita ke dunia.

Ya ada memang istilah ibu tiri, karena ayahnya menikah lagi. Sang ayah berpoligami memiliki istri lebih dari satu (baca; sebagai salah seorang ayah saya lebih setuju konsep ini, walau tak punya nyali melaksanakannya).

Astaga semoga ibu kota yang baru nanti tak sekejam ibu tiri.

Penulis: Ketua DPD KNPI Sumut – Sugiat Santoso, SE, MSP.

Baca Berita Lainnya