Harian medan (Tanjung Balai) – Kasus kematian babi yang bangkainya dibuang ke sungai dan laut di berbagai daerah di Sumut membuat resah para pedagang ikan maupun pemilik warung nasi di Kota Tanjungbalai.
Penjual ikan di Pasar Bengawan, Fahrurrozi, 35, Rabu (20/11) malam mengaku beberapa hari belakangan ini omsetnya turun hingga lima puluh persen. Biasanya, ikan miliknya bisa terjual mencapai tiga ratus kilogram perhari, namun saat ini mendekati 150 kilogram saja sangat sulit.
Rozi mengaku merosotnya penjualan tersebut akibat adanya kabar hoaks beredar di sosial media ditemukannya babi mati mengambang di Baganasahan, padahal foto tersebut ditengarai lokasinya di Bagan Belawan. Selain itu, banyaknya kasus babi mengandung virus dibuang ke sungai di sejumlah daerah di Sumut menjadi faktor utamanya karena pembeli takut makan ikan.
Padahal, belum ada ditemukan kasus kematian babi mendadak di daerah Kota Tanjungbalai maupun Kabupaten Asahan. Jali berharap masyarakat kembali mengkonsumsi ikan laut dan mempercai kabar bohong yang beredar.
Sementara, pedagang warung nasi Bu Tari, 51, beberapa hari terakhir tidak membeli ikan laut untuk dijual. Pasalnya, dirinya khawatir ikan masak yang dijualnya tidak laku karena pelanggannya takut karena kasus bangkai babi yang dibuang ke sungai dan laut.
Di etalase dagangannya, tidak ada ikan laut, dan yang ada hanya ikan sungai seperti ikan mas, mujahir, nila, lele, gabus, dan telur. Bu Tari sendiri mengaku enggan memakan ikan laut karena kasus bangkai babi tersebut.
“Empat hari lalu ikan gembung udah di piring tinggal dimakan, begitu melihat gambar bangkai babi di sungai dan laut di telepon seluler, saya langsung muntah, enggak jadi dimakan ikannya,” ujar Bu Tari.
Seorang ibu rumah tangga, Rohimah, 35, mengaku memilih tidak membeli ikan untuk sementara waktu. Alasannya untuk menghindari ikan yang tertular penyakit dan virus yang bersumber dari bangkai babi yang dibuang ke sungai dan laut.
“Saya tidak mau ambil risiko, lebih baik mencegah daripada mengobati,” pungkas Rohimah. Wanita ini meminta kepada Pemerintah agar memberikan kepastian terkait kasus kematian babi dan dampak yang ditimbulkannya.
Meski hari menjelang malam, ikan milik pedagang masih belum habis terjual. Merosotnya penjualan ikan diduga akibat akibat pembuangan bangkai babi mengandung virus ke sungai dan laut.